Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik bersejarah ke Timor Leste pada 9 September 2024, menjadi Paus pertama yang mengunjungi negara tersebut sejak kemerdekaannya dari Indonesia pada tahun 2002. Kunjungan ini memiliki arti penting bagi negara yang 97% penduduknya beragama Katolik, menjadikan Timor Leste salah satu negara paling Katolik di dunia di luar Vatikan. Selama kunjungannya, Paus Fransiskus disambut dengan antusias oleh sekitar 600.000 orang—jumlah yang hampir setara dengan separuh populasi negara tersebut. Ribuan umat berbaris di jalan-jalan Dili, ibukota Timor Leste, untuk melihat Paus Fransiskus melintas dengan mobil terbuka. Di Tasitolu Park, tempat yang pernah menjadi lokasi doa oleh Santo Yohanes Paulus II pada tahun 1989, Paus memimpin misa besar yang dihadiri oleh umat yang datang dari berbagai penjuru negara.
Dalam pidatonya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan damai dan ajakan untuk terus menjaga nilai-nilai kebebasan, persaudaraan, dan komitmen terhadap sesama. Dia juga menyoroti tantangan yang dihadapi Timor Leste, seperti kemiskinan, kekurangan gizi, dan masalah pengangguran. Paus mengajak masyarakat Timor Leste untuk tetap mempertahankan iman mereka dalam menghadapi kesulitan serta berkolaborasi demi kebaikan bersama. Selain itu, Paus menyinggung peran penting pendidikan dan dukungan bagi keluarga dalam membentuk generasi muda yang sehat dan damai. Hal ini sangat relevan mengingat lebih dari 65% populasi Timor Leste terdiri dari anak-anak dan remaja. Kunjungan Paus Fransiskus ini diharapkan membawa angin segar bagi bangsa yang baru berkembang, memperkuat moral dan semangat kebersamaan di antara masyarakat Timor Leste.
Pada tanggal 10 September 2024, Paus Fransiskus memimpin misa besar di Tasi Tolu, Timor Leste. Kunjungan ini menjadi momentum penting bagi negara tersebut, di mana hampir setengah dari populasi hadir untuk mengikuti misa. Sekitar 600.000 orang, mayoritas umat Katolik dari berbagai wilayah, berkumpul dengan penuh semangat untuk menerima berkat dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Lokasi misa ini, Tasi Tolu, juga memiliki nilai sejarah karena pernah menjadi tempat penting dalam perjuangan Timor Leste menuju kemerdekaan.
Paus Fransiskus, dalam khotbahnya, menekankan pentingnya persatuan, perdamaian, dan solidaritas, terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Timor Leste. Beliau juga mengajak umat untuk terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, meskipun negara ini masih menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk kemiskinan yang tinggi.
Misa ini tidak hanya menjadi simbol spiritual tetapi juga mengingatkan akan kunjungan bersejarah Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989, yang juga diadakan di tempat yang sama. Patung Paus Yohanes Paulus II yang berdiri di lokasi ini menjadi saksi bagaimana iman dan harapan masyarakat Timor Leste tetap kuat dalam menghadapi berbagai kesulitan selama bertahun-tahun.
Bagi masyarakat Timor Leste, kunjungan Paus Fransiskus menjadi berkat yang sangat dinantikan. Dirce Maria Teresa Freitas, salah satu umat yang hadir, menyatakan bahwa kunjungan ini memberi harapan baru bagi rakyat dan tanah Timor Leste. Momen ini menciptakan ikatan emosional antara Paus dan umat di Timor Leste, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh agama Katolik di negara tersebut, dengan lebih dari 97% penduduknya yang menganut Katolik. Dengan suasana yang penuh suka cita, ribuan umat membawa payung kuning dan putih, melambangkan bendera Vatikan, untuk melindungi diri dari terik matahari. Para peziarah dari berbagai wilayah, bahkan dari Indonesia, turut hadir, membuat peristiwa ini menjadi salah satu misa terbesar dalam sejarah Timor Leste.
Pada tanggal 11 September 2024, Paus Fransiskus secara resmi meninggalkan Timor-Leste setelah kunjungan apostoliknya yang berlangsung selama tiga hari. Kunjungan ini diwarnai dengan berbagai acara, termasuk misa bersama umat Katolik Timor-Leste, pertemuan dengan kaum muda, dan dialog penting dengan para pemimpin negara. Paus bertolak dari Bandara Internasional Nicolau Lobato, Dili, menuju Singapura, melanjutkan perjalanan apostoliknya ke Asia Tenggara.
Kepulangan Paus disambut dengan upacara resmi yang melibatkan sejumlah tokoh penting, seperti Presiden Jose Ramos-Horta dan Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmão. Dalam momen yang penuh emosional, Paus Fransiskus menyampaikan pesan perpisahannya kepada masyarakat Timor-Leste, mengingatkan mereka untuk tetap tersenyum dan menjaga semangat perdamaian serta kebersamaan yang telah menjadi bagian penting dalam sejarah panjang negara tersebut.
Selama kunjungannya, Paus juga memuji upaya rekonsiliasi antara Timor-Leste dan Indonesia, menyoroti bagaimana kedua negara telah berhasil mengatasi konflik masa lalu melalui dialog dan kerja sama. Paus berharap perdamaian dan rekonsiliasi yang terjadi di Timor-Leste dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang masih dilanda konflik. (By Sie Komsos)
Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/